Senin, 23 Mei 2011

Gejolak Cinta

Yanto dengan bersemangat menuju ke kos Dani yang terletak di Jakarta Pusat. Mereka berdua berkenalan tiga bulan yang lalu dan menjalin hubungan setelah itu.

Yanto berumur 29 tahun, berkulit putih dan berwajah tampan dengan lesung pipit dan bibir yang kemerahan, badannya agak langsing, namun terbilang cukup proporsional. Dani berumur 26 tahun, berbadan kekar, berkulit gelap dan terlihat sangat macho. Tinggi badannya yang 178 cm membuatnya terlihat lebih dewasa dari Yanto yang terkesan ABG di usianya itu. Sebenarnya Dani tidak berwajah tampan, malah beberapa orang menganggapnya sangar, tetapi Yanto menyukainya karena sikapnya yang ramah dan baik hati.

Setelah Yanto mengetuk beberapa kali Dani membukakan pintu. Yanto masuk dan merebahkan diri di kasur menikmati sejuknya AC dan empuknya ranjang setelah mengarungi panasnya kota Jakarta. Dani hanya tersenyum melihat tingkah Yanto yang lucu itu, kemudian mendekati Yanto dan berbaring di sampingnya lalu mengusap rambut Yanto dengan lembut dan mendaratkan kecupan di kening yang putih dan masih dihiasi butir butir kecil keringat yang bening.
"Mandi dulu ya?" kata Yanto sambil bangkit menuju kamar mandi.
"Nggak usah", jawab Dani.
"Mandinya nanti aja, lo siram aja badan elo biar lebih sejuk, ntar kebanyakan mandi lo jadi kayak kertas putihnya, ha ha ha. "
"Dasar lo, pantes lo hitam gitu, malas mandi ya"
Yanto masuk ke kamar mandi dan menyiram tubuhnya dengan air shower yang sejuk menyegarkan.
"Kok dia nggak nyusul masuk ya?" pikir Yanto heran, biasanya Dani tidak suka membuang waktu kalo dia sedang di kamar mandi.

Sesaat kemudian setelah mengeringkan badannya, dengan hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada Yanto keluar dari kamar mandi. Ternyata Dani sudah menunggu dengan hanya bercelana dalam dan tanpa memberikan kesempatan menarik Yanto ke pelukan badannya yang kekar dan melumat habis bibir Yanto yang merah merekah.
"Mmmhh, mm", Yanto kelabakan mendapatkan serangan mendadak itu, apalagi ciuman Dani yang tidak tanggung-tanggung membuat Yanto sulit bernapas, ditambah badannya yang kekar mendekap erat badan Yanto yang bisa dibilang langsing, kecuali dadanya yang lumayan terbentuk. Dani memberikan kesempatan Yanto bernapas dan mengajaknya menuju tempat tidur. Di sini ciuman yang dahsyat itu berlanjut, namun Yanto sudah siap dan melayani dengan baik, bibir Dani yang kehitaman menghisap bibir kemerahan dan lidahnya menyapu langit-langit dan lidah Yanto yang membalas dengan hisapan yang membuat keduanya melayang dalam kenikmatan. Tangan Dani menjelajahi leher, punggung dan pinggang yang putih mulus, membuat Yanto mendesah menikmati usapan lembut dari tangan yang kekar berotot di daerah-daerah sensitifnya. Tangan yang lain meremas-remas pantat Yanto yang padat membukit, mendorongnya sehingga kemaluan Yanto menekan kemaluannya yang tegak menyembul dari balik celana dalamnya.

Dani melanjutkan ciumannya ke leher Yanto yang mulus, menyapukan lidahnya dengan lembut ke bagian belakang telinga Yanto dan kemudian dengan lembut menggigit dan menghisap cuping telinga Yanto.
"Ssshh, ahh, aagghh.." Yanto mendesah merasakan sensasi yang sangat disukainya itu sambil melingkarkan tangannya di kepala dan leher Dani.
Sementara tangan Dani menjelajah dua bukit kembar yang mempunyai puncak yang diselimuti warna coklat muda.
"Auwhh.." Yanto terpekik kecil ketika tiba-tiba Dani memilin puting susunya dengan agak kuat, namun rasa terkejutnya segera hilang oleh rasa nikmat ciuman dan sapuan lidah yang hangat di pangkal lehernya, yang seakan menimbulkan aliran listrik di seluruh badannya.

Kemudian Dani menunduk, mengusapkan ujung lidahnya ke dada Yanto, membuat gerakan spiral melingkar yang makin mengecil sampai akhirnya mengulum dan menghisap puting susu Yanto yang tegak mengeras oleh rangsangan itu. Dani menggesekkan lidahnya ke kepala puting dan menghisapnya dengan kuat, melepaskannya lalu menghisap lagi dengan kuat dan sesekali menggigit dengan lembut puncak bukit kenikmatan Yanto itu. Yanto dibuat senewen dengan tingkah Dani itu, berbagai sensasi perasaan berkecamuk di dalam dirinya, pada saat Dani menghisap dengan kuat puting susunya, seolah-olah ada sesuatu dalam dirinya yang ikut keluar melayang, membuat Yanto tidak dapat berdiri lagi dengan baik, sehingga dirinya seolah luruh dalam dekapan Dani yang kuat. Pekikan-pekikan kecil Yanto malah membuat Dani makin terangsang dan meningkatkan serangannya ke kedua puting susu Yanto, yang memang merupakan salah satu bagian tubuh favoritnya. Dani baru menghentikan kegiatannya setelah kedua puting susu Yanto berwarna kemerahan dan agak sedikit membesar karena dihisap dengan kuat berkali-kali. Dani kembali mencium bibir Yanto yang terengah-engah oleh aksinya tadi, dan menikmati kelembutannya tanpa balasan, karena Yanto pasrah membiarkan bibirnya dikulum dan hanya mendekap erat badan Dani dan ketika Dani mengecup lehernya Yanto berbisik, "You are my man, oohh.."

Yanto melepaskan celananya dan celana dalam Dani, kemudian melancarkan serangan balasan ke dada Dani yang bIdang dengan kulitnya yang gelap kehitaman, memancarkan kejantanan tersendiri. Aroma badan Dani memberikan rangsangan yang tidak dapat dilukiskan dan dua bukit kembar yang dimilikinya seolah dua bukit batu yang keras dan putingnya yang berwarna hitam mengarah ke sisi bawah luar tiap bagian dadanya. Yanto mencium dan menghisap setiap bagian dada Dani dan menggigit lembut putingnya. Kemudian perlahan turun dan menjumpai kemaluan yang tegak berdiri, terlihat hitam mengkilat karena ereksi yang kuat, dengan lingkaran kemerahan di dekat kepala penisnya. Batang kejantanan itu tegak berdiri sepanjang 16 cm dan diameter kepalanya yang mencapai 8 cm membuat Yanto sangat menyukainya, apalagi bentuknya yang menyerupai ice cream cone, membuatnya semakin nikmat untuk digenggam dan dikulum. Yanto mengulum kepala penis Dani yang besar itu dan menghisap precum yang ada kemudian menyapu lubangnya dengan ujung lidahnya dan terus menyapu ujung kepala penis itu dengan lidahnya, yang membuat Dani mendesah merasakan nikmat di batang kejantanannya. Ketika Yanto memasukkan seluruh kepala kemaluan itu ke dalam mulutnya, sensasi kehangatan yang lembut menyergap Dani, yang menikmatinya dengan mata terpejam dan kedua tangannya mengusap kepala Yanto dengan lembut.

Setelah merasakan kenikmatan oral sex dan mencapai tingkat ereksi yang maksimum, Dani membaringkan Yanto di ranjang dan menyibakkan kakinya sehingga terlihatlah lubang kenikmatan yang sempit di depan matanya. Dani segera mendekatkan bibirnya ke lubang yang kemerahan dan mulus tanpa rambut itu lalu menjulurkan lidahnya untuk merangsangnya supaya dapat menerima batang kemaluannya yang besar. Yanto tergelinjang tiap kali lidah Dani terjulur mendesak ke dalam lubang kenikmatannya, membuat gerakan melingkar dan menembus ke dalam lubangnya. Setelah beberapa saat, Dani menuangkan gel pelicin ke lubang itu dan menusukkan jarinya ke dalam untuk membasahi bagian dalamnya.

Perlahan Dani mengarahkan kemaluannya ke lubang yang sudah siap menerima dan memberikan kelembutan dan kehangatannya. Kaki Yanto yang lebar mengangkang disandarkannya ke pundak dan batang kemaluan yang sudah memakai kondom itu sedikit demi sedikit mendesak dalam lubang kenikmatan yang sudah mulai berdenyut itu. Yanto meringis menahan sakit ketika kepala penis yang besar itu mendesak terus ke lubang anusnya, dan ketika seluruh kepala itu dapat masuk, keduanya merasakan jepitan otot rektum yang menutup kembali setelah bagian terbesar dari kepala penis itu melaluinya memberikan sensasi yang nikmat dan seolah lubang itu menyedot penis ke dalamnya. Tanpa membuang waktu lagi Dani menanamkan seluruh batangnya ke dalam tubuh Yanto, yang mengerang kecil ketika penetrasi awal itu berlangsung. Segera setelah kehangatan melingkupi seluruh batang kemaluannya, Dani menunduk dan mengulum bibir Yanto untuk mengalihkannya dari rasa sakit oleh desakan penisnya, yang walaupun sudah beberapa kali mereka lakukan, tetap saja saat awal penetrasi Yanto merasakan sakit karena memang ukuran penis yang besar dan ereksi yang kuat membuat penetrasi sangat terasa olehnya.

Kemudian Dani membuat gerakan maju mundur yang lembut, dan sesekali memutar pinggulnya untuk memompa Yanto yang mulai dapat menikmati kehadiran benda asing di dalam lubang kenikmatannya. Setelah beberapa saat melakukan goyangan dan memaju mundurkan penisnya, Dani menanamkan batang kemaluannya dengan kuat ke dalam lubang Yanto, mendorongnya dan memutar pinggulnya untuk mendapatkan penetrasi yang maksimal. Yanto sampai tergelinjang kuat oleh penetrasi ini.
"Ahh, dalam sekali, eghh", tangan Yanto mencengkeram lengan Dani dan kepalanya terdongak karena merasakan hangat dan mulas di perutnya.
Dani melepaskan kaki Yanto dan menindih tubuh Yanto dengan badannya yang kekar, kedua tangannya melingkar di badan Yanto dan mendekapnya erat, sambil mengulum bibir yang merekah dan merangsang itu.
"Mmmh, egghh, mmhh", Yanto kewalahan melayani nafsu Dani yang sedang membara itu, kedua tangannya mencengkeram pundak Dani dan kadang kadang tanpa sadar mencakarnya karena Dani belum mengendurkan penetrasinya dan lebih kuat menggoyang pinggulnya untuk mendesak ke dalam lubangnya. Gerakan melingkar pinggul Dani itu membuat batang kemaluannya yang tegang dan kuat di dalam diri Yanto bergerak mendesak ke segala arah, dan itu membuat sensasi yang luar biasa yang membuat perasaan hangat, mulas, nikmat dan melayang yang sangat hebat dirasakan oleh Yanto.

Setelah Dani mengendurkan tekanannya dan menggerakkan penisnya dengan lembut, Yanto mendesah dan berbisik, "Elo luar biasa, sayang"
Dani tidak menjawab, hanya mengulum lembut bibir Yanto dan menjelajahi lagi leher dan dadanya, yang memberikan rangsangan ganda kepada Yanto. Setelah itu Dani perlahan mengeluarkan penisnya, membimbing Yanto ke kamar mandi, lalu meminta Yanto membelakanginya. Penisnya pun dimasukkannya kembali dan Dani memeluk Yanto dari belakang, siap memberikan sensasi puncak kepada kekasihnya ini. Dengan rangsangan bibir dan tangan ditambah goyangan dan desakan kemaluan di lubangnya, Yanto merasakan kenikmatan yang luar biasa, yang membuatnya serasa melayang di awan-awan.
Dan setelah beberapa saat Yanto mendesah, "Gua mau keluar Dan.."

Dani kemudian menggenggam dan mengocok kemaluan Yanto, mencium dan mengulum leher dan telinga Yanto dan satu tangannya memegang pinggang Yanto untuk menahannya karena dia menggelinjang dengan kuat menggapai puncak kenikmatan birahinya. "Arrghh, hh, hh, ahh. " Yanto pun menyemburkan spermanya, sedemikian kuat sampai mencapai dinding kamar mandi, dan Dani merasakan denyutan yang sangat kuat memijat kemaluannya, dan ketika dia mencoba memaju mundurkan kemaluannya terasa sulit karena jepitan yang sangat kuat dari lubang Yanto yang sedang menggapai orgasme.

Denyutan itu memberikan pijatan hangat yang membuat saraf Dani tak dapat lagi menahan kenikmatan yang menjelang dan sesaat kemudian Dani memancarkan maninya dalam tubuh Yanto dan penisnya berdenyut kuat, memberikan tambahan kenikmatan bagi Yanto yang bisa merasakan dengan jelas denyutan batang kemaluan pasangannya itu. Dani mendekapnya erat, dan mereka berdua menikmati orgasme bersama-sama.

Setelah itu mereka berdua membersihkan diri dan mandi, membungkus kondom yang berisi sperma Dani dalam tisu, kertas dan kantong plastik, lalu membuangnya di tempat sampah.
"Gua bawa pulang aja, buat kenang-kenangan" gurau Yanto.
"Gila lo, ntar gua kasih lagi, nggak usah bawa yang begituan", sergah Dani.
"Ha ha, bercanda lagi", kata Yanto.
Lalu mereka berdua berbaring dan beristirahat setelah melakukan kegiatan yang sangat melelahkan namun sangat menyenangkan juga itu. Yanto terlelap di pelukan Dani yang tersenyum memandang wajah "cute" di dekapannya itu.

Dompet

Tidak biasanya bis kota pulang kandang lebih awal. Kalau biasanya jam 7 malam masih beroperasi, hari ini, sudah sejam sejak aku keluar dari kantorku di Jl. KHA Dahlan, bis yang kutunggu tak kunjung juga datang. Mungkin imbas dari maraknya demo, yang memacetkan kompleks Kantor Pos, yang kebetulan menjadi sentra setiap demo, sekecil apapun itu. Padahal hari itu juga aku ada acara mujahadahan di Pondok Krapyak, dan kebetulan aku sie acaranya. Segala rasa berkecamuk, demi membayangkan betapa bingungnya teman-teman panitia. Sedangkan handphone andalanku, sudah ngedrop baterenya sejak jam 3 sore tadi, biasa, karena memang hari Sabtu tidak begitu banyak yang harus kukerjakan di kantor, sehingga hiburan alternatife yaa, main game HP.

Becak. Yah, tiba-tiba pikiran itu datang, ketika di depanku, becak sedang menurunkan penumpang. Persis di depan Radio Arma Sebelas, tempat kumenunggu bis. Entah kenapa, padahal kalau dalam keadaan biasa, tidak mungkin aku memakai jasa becak, yang tentunya, akan menghabiskan gaji sehariku, atau bahkan lebih, karena pondok Krapyak memang jauh dari Malioboro. Biasanya aku akan menelephone teman suruh menjemput dan mengganti uang bensinnya, meski tidak jarang ditolak uang itu.

"Silahkan!", kata yang logatnya tidak pas dilafadzkan oleh yang empunya suara, karena memang penumpang itu bule.

"Terima kasih", dengan senyum kubalas keramahan yang ditawarkannya. Tanpa banyak basa-basi, kupinta abang becak menggenjot becaknya. Sempat kutoleh bule itu, hmm, masih memandangku, aneh. Dari aku mencoba transaksi becak, tidak lama setelah dia turun, pandangannya aneh. Ah, sudahlah, pikirku, karena kemudian aku disibukkan dengan pikiranku ke acara mujahadahan, selama dalam perjalanan.

Sesampainya di kosku yang dekat pondok, tergesa kuraih dompet, kuberi ongkos pada abang becak. Ada yang aneh, tapi aku sendiri tidak tahu apa. Aku mandi, dan ke pondok. Urusan makan nanti, pikirku. Setelah acara setengah jalan, rasa lapar menterorku. Karena tragedi yang kualami sorenya, maka tugasku sudah dialihkan pada teman lain. Ah, aku bisa santai. Aku bisa bebas keluar nyari makan, pikirku.

Tersentak aku, ketika kubuka dompet saat mau membayar. Dompet itu tebal, banyak isinya, dengan berbagai kartu identitas, kartu kredit. Ah, bayanganku langsung ke sosok bule sore itu. Oh, mungkin aku tadi juga bayar becak pake duit di dompet ini, gumanku. Mungkinkah jatuh di jok becak itu, dan tanpa sadar aku mengambilnya? Rasa bersalah berkecamuk. Rasa kasihan, terlebih. Aku yakin bapak itu bergantung banyak dengan dompet ini. Aku lihat isinya lebih teliti. Hmm, dia nginap di Natour Garuda. Yup, aku harus memberi tahu, kalau dompetnya aman, di tanganku.

"Bisa disambungkan dengan Mr. Daniel Smith?", pintaku kepada pihak hotel. "Sangat penting!", sambungku.

"Dompet yaa?", suara di seberang menyahut. Bayangan kebingunan bule itu menghantuiku. Kalau saja terjadi padaku, wuihh, aku tidak tahu lagi. Di negeri orang tanpa identitas, tanpa apapun.

"Selamat malam, di sini Smith!", suara itu membuyarkan kengerianku.

"Bisa bahasa Indonesia?", suara pertamaku.

"Tidak begitu lancar", jawab bule itu. Nampak benar kebinaran di suaranya.

"Aku yang tadi sore anda sapa, ketika turun dari becak. Kuharap Mister masih ingat", kuterdiam sesaat.

"Yaa, yaa. Hmm". Jawaban di seberang menyakinkanku kalau bule itu sudah ingat aku.

Aku bercerita panjang lebar. Sampai aku harus ganti beberapa uang yang tanpa sengaja aku pakai. Sesekali kami terlibat dalam tawa yang familiar.

"Ok, aku ke sana malam ini! Tunggu di seberang jalan yaa!, soalnya aku tidak biasa masuk hotel besar. Gagap", pintaku dan disetujui olehnya.

Dengan motor pinjaman, kupacu cepat. Kuperlambat, ketika sudah mendekati Hotel. Ahh, itu dia. Aku masih ingat sosok itu. Sigap, umur 53-an 179, 67, tidak begitu jangkung untuk ukuran dia.

"Ini, coba periksa isinya!", masih di atas motor, aku menyerahkan dompet itu.

"Yup, persis", senyum itu kembali mendesirkan hatiku. Aneh.

"Ok, aku balik dulu yaa!", sambil kustarter motorku.

"Tunggu!, siapa namamu?, aku harus beri sesuatu ke kamu, aku harus ngobrol banyak ke kamu.. ", berondongan kata-kata itu, mematikan motorku lagi.

"Hafiedz. Namaku Hafiedz. Tidak usah!, anda tidak harus memberi apapun ke aku!, tapi kalau mau ngobrol, aku bisa".

"Deal. Di mana? Kamarku? Di resto? Tempatmu?", demi melihat rasa berterima kasihnya justru aku jadi kikuk.

"Ke kosku tidak mungkin. Hmm, ok ke kamar anda saja, tapi janji, nanti aku diantar, sampai sini lagi. Aku gagap", keluguanku justru mendatangkan tawa renyahnya. Ah, tawa itu, kembali mendesirkanku. Aneh.

"Terima kasih", uluran tangannya kusambut, sesaat setelah kami sampai di kamarnya. Aku ditariknya, didekap erat. Diciuminya keningku berkali-kali. Bahkan sesekali ciuman itu mendarat di pipiku. Aku tersentak, kaget, kejadian itu demikian cepatnya, karena belum sempat aku duduk, untuk bersiap ngobrol. Aku berontak, mencoba melepaskannya. Ingin kuteriak, tapi mulutku didekapnya.

"Tenang! Tenang!, aku tidak bermaksud jahat", kulihat di wajah itu ketakutan, rasa bersalah, dan berbagai rasa, aku yakin berkecamuk. Aku masih belum bisa berteriak, Karena mulutku masih di sumbatnya.

"Maafkan, aku. Jangan teriak, aku tidak jahat. Aku hanya ingin berterima kasih atas kebaikan yang kau berikan. Dan mungkin caraku salah buatmu", berkali wajah itu mencoba menyakinkanku. Aku mengangguk, tanda setuju. Perlahan tangannya di lepaskan dari mulutku.

"Maafkan aku. Aku begitu excited, atas apa yang terjadi hari ini. Kau begitu baik", berkali-kali kata maaf itu terlontar dari mulutnya.

"OK, aku mengerti. Kalau ngomong dulu, mungkin akan lain", aku mencoba menetralkan suasana.

"Benar? Jadi sekarang aku boleh memelukmu, menciummu, untuk sekedar mengucapkan terima kasihku, mencoba menyambutmu sebagai bagian dari hidupku?", pintanya penuh semangat.

"Tidak. Tidak harus begitu. Cukup dengan kata-kata saja", sambungku cepat.

"Oh, .. Please. Sekali saja. Kau orang baik pertama yang pernah kutemukan di negeri ini. Please!", rengekan itu seolah menghilangkan kesan bahwa dia sudah 53 tahun.

"Ok. Sekali saja!", akhirnya aku tidak kuat juga melihat wajah itu.

Masih berdiri, dia dekap erat tubuhku. Dielusnya rambutku berkali, dicium kembali keningku, tapi kini berbeda, ada perasaan aneh hinggap di dadaku. Rasa haus figure seorang ayah yang sejak lahir tidak pernah kurasakan, hadir. Aku, mulai membalas dekapannya. Rasa sayangnya, elusan lembutnya, bisikan syahdunya, membangkitkan imaginasiku. Aku terhanyut. Aku mulai merasakan kehangatan asing yang selama ini aku impikan. Kesadaranku melayang, sehingga ciuman yang kemudian mendarat dibibirku, kubalas, tidak kalah lembutnya. Kurasakan ada yang menusuk nusuk di daerah sensitifku, tapi aku tidak pedulikan.

Air mataku meleleh. Bahagia?, entahlah. Rindukan sayang seorang ayah? Rindu sosok kakak?, atau aku merasa menemukan sosok yang bisa mengisi keseharianku yang sebatang kara? Air mata itu semakin deras, membasahi wajahnya. Dia tersentak.

"Maaf, maafkan aku", kembali dia merasa bersalah atas air mataku yang tidak bisa kubendung.

"Tidak apa-apa. Mister. Aku bahagia. Aku serasa menemukan sosok yang telah lama kurindukan. Justru aku yang harus minta maaf, telah melibatkan hatiku".

"Tidak apa-apa, teman. Tidak apa-apa. Kau bisa memperlakukan aku sesukamu. Aku siap, selalu siap", bisikan dibelakang telingan itu kembali melambungkanku. Apalagi elusan syahdunya.

Dia semakin gencar menyerangku, kami terjatuh di lantai. Ciuman mesranya berubah menjadi sangar. Tapi anehnya aku justru mengimbanginya. Bahkan, kurasakan bukan lagi rasa sayang, tapi gairah. Birahi, dan terangsang ketika aku melihat bf, kini kurasakan. Apalagi kemudian dengan cekatan dia membuka bajuku. Putingku yang tidak seberapa dipermainkan. Dijilatinya habis, aku mulai mengerang, seirama dengan irama kulumannya, gigitannya. Tangannya, meraih barang yang selama ini tidak pernah dijamah kecuali olehku. Aku terhenyak, tetapi birahi telah mengalahkanku. Dia semakin nekat melambungkan gairahku.

Bahkan ketika dia membuka paksa celanaku, kubiarkan. Tidak berapa lama aku telah telanjang bulat. Penisku yang tegak setegak tegaknya dipermainkan dengan tangannya. Desahan suaranya ketika berkali mencoba mempermainkan penisku, terasa membangkitkan sesuatu yang benar-benar asing. Keterkejutanku memuncak manakala, tiba-tiba dijilatinya penisku, bak es krim rasa vanilla kesukaan cewekku. Aku mengerang, mendesis. Tapi justru semakin membuat dia kesetanan. Dia buka sendiri bajunya, kulihat penisnya telah memerah, keras dan tegak. Dan tentunya besar. Dan kini sama-sama telanjang. Aku tidak habis pikir, tapi tetap saja semakin tertarik untuk mengikuti permainannya gilanya.

Aku dipapahnya ke kasur. Dijilatinya anusku, lama. Bahkan aku sendiri jijik membayangkannya. Tapi birahi yang memuncak, telah mengalahkan logikaku. Fantasiku semakin melayang. Rasa nikmat naik ke ubun-ubun. Aku semakin mengerang. Bahkan kini, aku sendiri yang memapah mulutnya agar mengulum penisku. Dengan sigap disambarnya penisku. Aku semakin memuncak. Keinginnan untuk merasakan seberapa nikmat penis ini dikulum, terlaksanan sudah, meski bukan dengan cewekku. Kujambak rambutnya, kubenamkan, seirama kenikmatan yang tersendat mengalir ke ubun-ubun.

Sempat kulirik, betapa wajah bule itu begitu menikmati permainan, yang bagiku merupakan pengalaman pertama. Tangannya berkali meremas putingku yang tidak seberapa besar. Sedang tangan satunya, memainkan penisnya yang tidak kalah tegangnya.

Kenikmatan yang bertubi, pada akhirnya tidak bisa kubendung. Pada cabutan mulut terakhirnya, kutekan erat kepalanya. Ada yang menyentak ingin keluar dari penisku. Dan diraungan terakhirku, kusemburkan dengan kuat maniku di mulutnya,

"Oughh.. Oughh..", pengalaman pertama membuatku terasa melayang di negeri penuh kenikmatan. Sesuatu yang muncrat dari penisku telah membawaku ke pengalam asing yang sungguh tidak terkira nikmatnya.

Dia semakin merancap penisnya. Aku terpejam kenikmatan. Aku tahu, inilah kali pertama maniku muncrat banyak, dan kental. Namun aku tidak pernah tahu seberapa banyak dan kentalnya, karena mulut itu masih mengulum penisku, bahkan, di telannya tak bersisa. Dan djilatinya sisa sisa maniku. Di akhir kenikmatanku, kurasakan sesuatu menyembur penisku.

"Oughh.. Oughh,", demikian desisnya, ketika penisnya juga memancarkan maninya persis ke penisku.

Dia tersenyum. Mendekapku erat, bertubi menciumiku. Kami sama-sama kelelahan. Lama kami masih saling berpagutan ganas, meski nafsu itu tidak lagi berkobar.

"Maafkan aku Mister", rintihanku, membuyarkan dekapan itu.

"Maaf untuk apa?", dia kaget.

"Aku telah menjadikan Mister.., uihh. Maafkan aku Mister". Aku hanya bisa sesenggukan.

"Tidak apa-apa. Bahkan kalau kau menginginkan lagi, aku selalu siap", wajah itu kembali berbinar, kembali aku diciumnya mesra.

Dan sejak hari itu, aku seolah menemukan kehidupanku yang 180 derajat berbalik. Mister, telah menjadi malaikatku. Aku dibelikannya motor, sebagai tanda terima kasih. Meski aku menolak pada awalnya, namun dia tidak mau ditolak, untuk sekedar memberiku ucapan terima kasih, entah untuk apa. Bahkan, kalau mau aku mau diajak ke negerinya, untuk diperkerjakan di perusahaan bapaknya. Tapi aku tahu diri, bahwa akan lebih baik mengawali sesuatu di negeri sendiri.

Dan kini, 6 tahun sesudah hari itu, motor dengan plat AB 2311 LG, masih terawat baik. Yah, 23 November, kami jadikan nomor plat motor yang dibelikannya. Bahkan, akhirnya rumah berlantai dua, bercat biru, warna kesukaannya, masih asri terawat di kawasan Kota Baru. Dan dia masih sering mengunjungi rumah pemberiannya. Datang, menjenguk aku dan istriku. Anakku yang dianggapnya cucunya sendiri, dan tentunya, memberikan pengalaman lain kepadaku, yang entah sampai kapan berakhir, karena ternyata aku juga sangat menikmatinya.

Bercinta Dengan Paman

Ini adalah penggalan dari salah satu kisah yang pernah saya alami. Sejak kecil orang tua saya telah membiasakan saya hidup teratur, bersih dan rapi, sehingga beranjak remaja saya sudah terbiasa hidup teratur, sampai sekarang saya lebih suka mengerjakan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain karena terbiasa sejak kecil begitupun dengan masalah bergaul aku gak sembarangan bergaul dengan orang lain.

Dari hari ke hari hidupku semakin di hantui dengan segala macam warna kehidupan tapi saya tetap berusaha eksis dengan mengambil hal-hal yang sesuai dengan prinsip hidup saya, sejalan dengan bertambahnya usia terkadang ada hal-hal tertentu tak bisa saya tolak sehingga menimbulkan variasi dalam cara berbikir saya salah satunya adalah kebutuhan biologis. Tak terpikir olehku kalo ternyata dari sekian banyak bagian dari kehidupan semuanya berjalan berkesinambungan, tergantung dari setiap individu itu sendiri bagaimana dia mengolahnya dan memetik bagian yang dianggap sesuai dengan selera hidupnya sekeras apapun kita menolak semuanya terkadang hal itu hanya akan menimbulkan beban batin yang berkepanjangan tapi jangan kuatir bukankah ada pepatah yang mengatakan 'ada seribu satu macam jalan menuju roma', tidak ada masalah yang tidak ada pemecahannya jadi jangan kuatir semuanya akan bisa di atasi sepanjang keingian itu masih ada.

Nama saya Chris, saya salah satu mahasiswa PTN terkemuka di Indonesia bagian timur sekarang saya berumur 20 tahun perjalanan hidup saya penuh dengan lika-liku hingga sekarang pahit getirnya kehidupan saya sudah rasakan, ternyata kehidupan itu tak ubahnya adalah suatu bentuk metamorfosis dari mahluk yang menjalaninya dan akan mencapai klimaksnya yang kita sendiripun tidak tau kapan..

Sekarang saya akan mengajak kalian secara mundur (flashback) mengikuti suatu cerita di masa kecil saya tepatnya ketika saya masih berstatus murid sekolah dasar, sejak kecil saya suka berdiam diri di rumah apabila gak ada yang mengajak main saya cenderung di rumah nonton TV ataupun main game atau mengulang pelajaran disekolah, tak mengherankan jika nilai rapor saya selalu bagus dibanding dengan saudara-saudara saya yang lain.

saya punya beberapa Paman yang sangat perhatian dengan saya, katanya saya beda dengan anak-anak yang lain mereka cenderung nakal dan urak-urakan, salah satu Paman saya itu bernama yudi ketika saya masih sekolah dasar Paman saya itu sudah berumur sekitar 25-an. Orangnya memang sangat baik dia senang mengajari saya matematika begitu pula dengan pelajaran lainnya sebenarnya dia masih sepupu saya tapi karena umurnya sedikit jauh diatas saya makanya saya lebih senang memanggilnya Paman.

Sore itu Ayah dan Ibu kebetulan gak ada di rumah saudara-saudara yang lain juga gak ada kakak ikut studi tour sedangkan adik ikut les matematika, saya sendiri sedang mengulangi pelajaran yang tadi saya dapatkan disekolah, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk saya memasang telinga dengan baik memastikan apakah benar ada yang mengetuk pintu.

"Tok.. tok.. tok.." suara pintu terdengar sangat jelas.
"Siapa yach" jawabku sedikit lantang.
"Ini Yudi, Chris" jawabnya dari balik pintu.
mendengar kalo yang menjawab itu Paman yudi aku segera menghampiri pintu dan membukanya.
"Eh, Paman Yudi, masuk Paman!" sambil mempersilahkannya masuk.
Paman Yudi segera menghampiri meja di mana saya belajar lalu diam sejenak memandang buku-buku yang tergeletak tak beraturan.
"Ibu kamu kemana Chris, kamu sendiri yach?" sambil mengutak-atik buku tersebut.
"Iya Ibu ama Bapak keluar Paman, dia gak bilang tuch mau kemana katanya nanti malam baru pulang" jawabku pelan sambil masih terus memperhatikannya.

Sore itu Paman sedikit beda, kelihatannya sedikit lebih fres dari biasanya dibalut dengan baju kemeja dan celana jeans memperlihatkan postur tubuh yang sangat proporsional ditambah lagi wajahnya yang cakep, bersih dengan aroma parfum yang maskulin membuatku hanyut dalam keharuman. Sudah cukup lama aku memperhatikan pamanku selain karena orangnya baik dia juga senang mengajari saya makanya saya senang setiap kali dia datang ke rumah.

"Mau ke mana Paman rapi banget".
"Rencananya sich mau keluar tapi kayaknya gak jadi dech" seraya menganggukkan kepalanya memberi isyarat memanggilku. Akupun lalu duduk didekatnya.
"Kalo Fery ama Nanda kemana?" tanyanya pelan sambil membaca salah satu buku pelajaranku.
"Fery studi tour Paman sedang Nanda sekarang di sekolah katanya ada les tambahan" jawabku pelan.

Beberapa saat berlalu tiba-tiba di luar jangkauan berpikir saya tangan Paman telah memegang tanganku dielusnya tanganku pelan dan sesekali bernafas panjang saya sendiri hanya diam kebingungan dalam batin saya berkata ada apa dengan Paman, dan kenapa juga saya merasakan sesuatu yang hangat dan damai. Dibimbingnya tanganku menyentuh pahanya lalu berhenti disuatu gundukan tepat dibagian tengah dari tubuhnya yang tidak lain adalah kontolnya sendiri, aku merasakan gundukan tersebut berdenyut-denyut tegang dan mengeras.

"Kamu sayang Paman gak Chris?".
Aku mengangguk seraya memeluk pamanku, baru kali ini aku bisa mendekat erat pamanku seolah aku tak ingin melepaskan pelukanku. Entah kenapa, anak seusia saya pada waktu itu sudah bisa memiliki perasaan seperti itu.
"Chris, mau bantu Paman gak?" tanyanya dengan bunyi seperti desahan.
"Bantu apa Paman" jawabku polos.
"Kalau kamu memang sayang ama pamam lakukan apa yang Paman perintahkan" kata Paman seraya mengecup keningku, akupun semakin memeluk erat pamanku tidak ingin melepaskannya.

Perlahan-lahan pamanku mulai menciumi satu persatu dari bagian wajahku mulai dari keningku, pipiku dan terakhir tentunya bagian yang paling sensitif yakni bibirku dilumatnya bibirku dengan mesra, hangat dan lembut akupun mencoba membalasnya tapi waktu itu aku belum tahu bagai mana cara berciuman yang asyik aku cuma mengerak-gerakkan bibirku seadanya untunglah pamanku membimbingku dengan baik sehingga kami berdua bisa merasakan betapa nikmatnya bibirku dan bibir Paman yang saling menyatu, nafas Paman semakin memburu gerakan Paman semakin dipercepat tapi masih dalam keadaan terkontrol sehingga saya tidak kelabakan jadinya.

Sambil tetap masih dalam keadaan mengulum bibirku yang mungil tangan Paman asyik mengerayangi bagian tubuhku yang lain termasuk adik keciku yang sedikit demi sedikit mulai mengeras. Puas dengan bagian bibirku Paman kemudian meningkatkan permainan lidahnya dengan menjilati bagian tubuhku yang lain leher, dada lalu hinggap di kedua puting susuku yang sedikit kemerahan dipilinnya dengan lembut aku mengeliat menahan rasa geli terkadang aku tertawa saking gelinya tapi asyik juga setelah itu sapuan lidahnya berkelebat lagi ke arah bawah membuka perlahan-lahan celanaku dan segera ditebasnya adik kecilku yang manis dengan lidahnya di lanjutkan dengan tarian lidahnya aku dibawahnya melayang akhirnya adik kecil itu tegang juga meskipun ukurannya kecil pamanku nampaknya sangat menikmatinya.

Pamanku benar-benar hebat dia sangat berpengalaman emosinya terkontrol dengan baik sehingga setiap gerakan yang dilakukan jauh dari sentuhan yang liar sehingga aku juga senang menyambutnya, puas menikmati bagian-bagian tubuhku, Paman berdiri lalu saya melihat Paman membuka satu persatu pakain yang melekat ditubuh seksinya itu dadanya yang terbentuk memberikan kesan yang sangat seksi sekali, putih dengan sedikit bulu halus yang menghiasinya. Tangannya sekarang turun ke bawah dibukanya resleting celananya lalu dipelorotkan celana jeansnya, wow suatu gundukan yang cantik sekali terlihat gundukan itu besar sekali.

"Paman besar sekali adiknya" kataku sambil tertawa kecil.
Paman hanya tersenyum lalu dibukanya cdnya dan tampaklah sebuah meriam yang siap melepaskan tembakan ukurannya sangat besar sekali. Pamanku mengangkat tubuhku kali ini aku menindihnya lalu Paman menyuruh aku menciumnya aku pun melakukannya.
"Aghh..", Paman mendesah lembut akupun semakin melumat bibir pamanku yang kelihatan sangat fresh itu, entah kenapa secara spontan tanpa disuruh oleh Paman aku menjilati leher Paman lalu turun ke lehernya lalu aku merambah ke dada seksinya aku hanya mengikuti apa yang telah dilakukan Paman tadi padaku, desahan Paman datang silih berganti kali aku memilin kedua puting susu pamanku enak juga aku seakan menikmati ice cream lembut dan hangat.

Kali ini pamanku sedikit mendorong kepalaku ke bagian bawah sepertinya menyuruhku untuk mencicipi bagian bawah tubuhnya setelah dadanya lidahku turun ke bagian perutnya kunikmati seadanya lalu aku turun lagi sedikit demi sedikit terasa sekali denyutan-denyutan kontol pamanku pada bagian leherku.
"Hisap Chris, hisap sayang yang itu" sambil memegang kemaluannya lalu dibimbingnya kemaluan itu masuk ke dalam mulutku.
"Aggh.. hisap terus sayang", mata pamanku merem melek mengikuti ritme gerakan hisapanku yang semakin menjadi-jadi meskipun sedikit tidak teratur aku melakukannya namun pamanku tetap menikmatinya tubuhnya menggelinjang hebat. Aku sendiri sangat menikmatinya baru kali ini merasakan sesuatu yang sangat enak, empuk, kenyal, lembut dan hangat seandainya aku disuruh memilih antara ice cream dengan barang milik pamanku aku akan memilih barang milik pamanku itu.

Berapa menit telah berlalu aku masih asyik bercinta dengan pamanku cara pamanku sangat romantis sehingga memberika kesan kalau pamanku juga memberikan kesempatan aku menikmatinya, Posisi kami sekarang berubah Paman memintaku untuk berjongkok di atas tubuhnya kali ini sepertinya Paman ingin mencicipi anusku yang mungil dan lembut tersebut setelah mengolesi sedikit lotion ke kemaluannya, dibimbingnya barang tersebut masuk ke anusku. Agak susah memang, aku merintih beberapa kali karena merasa kesakitan.

"Aghh! Paman, sakit sekali" kataku.
"Paman akan pelan-pelan sayang" balas pamanku.
Setelah beberapa kali mencoba akhirnya masuk juga "Blesstt.." aku merintih kesakitan, untuk beberapa saat Paman tidak bergerak dia asyik membelai dan memainkan adik kecilku agar aku sedikit merasa keenakan ternyata usaha pamanku berhasil setelah itu pinggul pamanku naik turun sehingga kurasakan gesekan di dalam anusku perih tapi aku menikmatinya lantunan bunyi decak dalam anusku sangat berirama aliran darahku terasa terhenti, anusku tertusuk.
"Ahh.." sedikit demi sedikit aku mulai mendesah menandakan aku menikmati permainan pamanku.

Pamanku sepertinya lelah sekarang dia mengubah posisi disuruhnya aku menungging lalu pelan-pelan kembali dia masukkan kontolnya itu ke dalam anusku kali ini sedikit memaksa.
"Agh! sakit.." kali ini aku memekik.
Dengan pelan pamanku menggerakkan pantatnya maju mundur seraya kedua tangannya memelukku, lama kelamaan gerakkannya sedikit di percepat kali ini nafsu pamanku semakin memburu sepertinya dia tidak bisa lagi menahan nafsunya yang kian membara.
"Yeahh.. ahh.." pamanku mendesah hebat.
Desahannya datang silih berganti dan suatu ketika dia segera melepas barangnya dari anusku yang sangat sempit, perih memang.
"Buka mulutmu sayang" ujar Paman sambil mengarahkan kontolnya ke arah mulutku.
Pamanku mengocok kontolnya sendiri lebih cepat dan "Crot.. crot.. crot".
"Ah.. yeahh.. ahh.." pamanku mengerang.
Spermanyapun tumpah ruah di dalam mulutku sebagian lagi jatuh ke badanku, melihat sperma yang begitu banyak tertampung dalam mulutku segera dikulumnya mulutku akupun membalas kuluman itu, kami saling berbagi sperma pamanku itu dalam mulut yang bersatu.
"Apa ini Paman kok asin?" masih sempat kata itu keluar dari mulutku yang polos di kala itu.
"Itu air mani sayang atau pejuh, telan aja enak kok" kata pamanku dengan tersenyum lalu kembali menciumku.

Pamanku bukanlah orang yang ingin memperoleh kepuasan sendiri dalam bercinta segera saja tangannya menjalar ke bagian tubuhku dan meremas adikku lalu mengocok dengan cepat dan cepat lagi, setelah beberapa saat dia mengocok barangku itu aku akhirnya merasakan suatu getaran hebat pada pada bagian penisku berdenyut hebat dan tiba tiba aku merasakan seperti kesetrum tubuhku seperti kejang-kejang terutama pada bagian penisku ternyata aku telah mangalami orgasme meskipun aku tidak mengeluarkan pejuh maklumlah mungkin belum waktunya, pamanku sendiri masih asyik mengocok punyaku lalu aku segera melepaskan tangannya karena aku sudah sangat lemas. Sore itu sungguh terasa menyenangkan kami masih sempat bercanda sebentar sebelum akhirnya Paman pulang.

Meskipum kadang malamnya aku merasakan anusku perih tapi aku masih saja mengulanginya dengan pamanku setiap kali kami ada kesempatan, aku sangat menyukai pamanku namun benarlah kata pepatah ada pertemuan tentu ada pula perpisahan menjelang ujian akhir tingkat SD pamanku juga sudah berangkat ke jakarta sampai sekarang dia masih di sana dan sudah berkeluarga, namun pengalaman bercinta selama beberapa kali dengan pamanku itu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikkan, akankah saya alami pengalaman yang lebih seru lagi..

Diperkosa Akibat Salah Kamar

Saya bangga dengan jati diriku sebagai seorang gay! Dan kebetulan sekali saya horny sekali. Sudah tak terhitung jumlah cowok yang pernah kutiduri. Semuanya kungentotin dengan penuh nafsu dan tentunya dengan kondom! Di kalangan teman-teman homoseksualku, saya dikenal sebagai Master Ngentot. Tak jarang, mereka antri hanya ingin merasakan kontolku menghajar anus mereka. Bahkan ada beberapa cowok yang kutemui di internet yang mengaku straight tapi pensaran bagaimana rasanya disodomi. Dengan senang hati, kusodomi mereka sampai mereka berteriak-teriak penuh kenikmatan. Tak pernah ada pikiran untuk disodomi karena saya seorang top sejati.

Suatu hari, entah mimpi apa aku semalam, saya memenangkan voucher menginap di sebuah hotel di Bali selama 3 hari dan 3 malam. Berhubung voucher-nya hanya satu, hanya saya yang pergi. Enak juga, jauh dari ortu untuk sesaat. Saya bisa berbuat semaunya:) Di umurku yang ke 24 ini, saya merasa lebih butuh ruangan untuk bernapas, tanpa dikendalikan orangtua. Saya membayangkan diriku bertemu dengan bule-bule yang tampan dan gagah berotot. Aahh.. Pasti enak mengentotin mereka. Saya memang homoseksual, tapi saya 'top'. Saya pantang dingentot! Namun pada malam pertamaku menginap di hotel itu, saya belajar bahwa dingentotin itu enak juga.

Malam itu, saya sedang asyik tidur-tiduran seraya menonton TV. Saat itu, saya baru saja mandi dan hanya berbaring di atas ranjang dengan mengenakan handuk. Acara yang sedang ditayangkan kebetulan tentang kontes pria macho. Di luar negeri, tidak hanya wanita saja yang dikonteskan. Para pria pun dikonteskan. Prosedurnya hampir sama, hanya saja dalam kontes pria, yang ditonjolkan adalah sisi kejantanan dan maskulinitas. Mataku membelalak menyaksikan pria demi pria berjalan mempertontonkan tubuh mereka yang indah berotot dalam balutan celana renang yang minim. Wah, kontol mereka tercetak jelas walaupun mereka tidak sedang ngaceng!

Merasa agak 'kepanasan', saya pun memain-mainkan kontolku. Handuk yang melilit di pinggangku, kusibakkan dan saya menikmati sesi masturbasiku.

"Aahh.." desahku, membayangkan para pria ganteng itu menyembah kakiku dan mempersembahkan lubang anus mereka yang masih perjaka kepadaku. Aahh.. Mana tahan.
"Oohh.. Aahh.. Uuhh.."

Dalam otakku yang bejat, kubayangkan saya mengentotin mereka bergantian. Kontolku membobol keperjakaan mereka dan menghabisi mereka satu demi satu, hingga tak ada lagi perjaka dalam kontes itu. Semuanya telah kungentotin. Dan saat fantasi mesumku berakhir, berakhir pula sesi masturbasiku dengan..

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CRROOTT!! Kontolku berdenyut-denyut, memuntahkan lahar panas keputihan. Perutku berkontraksi, dan tubuhku mengejang-ngejang. Pejuhku muncrat ke atas dan mendarat di atas tubuhku dan juga ranjang.

"AARRGGHH!! AARGGHH!! AARRGGHH!!" erangku, menikmati orgasmeku. Dan ketika semuanya usai, saya merasa kelelahan. Saya pun mengantuk dan ingin tidur. Tanpa peduli bahwa saya masih telanjang dan belepotan pejuh, kututup mataku dan tidur.

Dalam tidurku, tanpa kuketahui, pintu kamarku terbuka. Meskipun hotelnya mewah, namun peralatan kuncinya masih menggunakan kunci konvensional. Dan sialnya, saya lupa mengunci pintuku. Seorang pria berjinjit masuk lalu mengunci pintu itu kembali. Dengan pandangan penuh nafsu, dia menelan pemandangan di mana saya terbaring telentang dengan handuk tersibak. Kontolku yang kempes belepotan pejuh. Saat saya tersadar adalah saat ketika saya merasa dicium seseorang. Saya kaget setengah mati. Seorang pria berada di atas ranjangku. Tapi saya tak mengenalnya.

Pria itu lumayan ganteng. Umurnya sekitar 30an. Badannya biasa-biasa saja, namun masih terbilang seksi. Rambutnya tercukur rapi dan wajahnya terkesan gagah. Tubuhnya juga harum dengan parfum pria yang lembut dan memabukkan. Kemudian, saya sadar bahwa pria itu telanjang bulat. Kontolnya mengaceng tegang sekali. Fakta bahwa dia pria pribumi semakin membuatku terangsang.

Saya ingin bertanya apa yang sedang terjadi namun tiba-tiba saya tersadar bahwa kedua tangan dan kakiku terikat pada ranjang. Dan mulutku disumpal celana dalam yang tak kukenal. Bau kencing dan pejuh kering langsung menyerang hidungku. Celana dalam itu pasti kepunyaan lelaki itu. Astaga, saya sedang diperkosa! Bukannya saya tidak menyukai dia. Seperti kataku tadi, menurutku dia sangat tampan dan merangsang. Tapi saya mulai ketakutan, membayangkan dia mengentotin anusku. Saya hanya suka mengentot tapi tidak suka dingentot. Apa jadinya jika anusku yang perjaka itu ditusuk-tusuk oleh kontol seorang pria yangs ama sekali tak kukenal sebelumnya. Namun pria itu tersenyum ramah padaku, seolah-olah sudah mengenalku sejak lama.

"Akhirnya loe bangun. Gue sengaja membiarkan loe tidur sebab gue gak mau ganggu loe. Gue sengaja mengikat dan menyumpal mulutmu agar loe bisa ngerasain 'bondage' sex (seks dengan ikatan tali). Gue bisa aja ngelepasin sumpalan loe biar loe bisa nyedot kontol gue, tapi gue ada ide menarik," kata pria itu, menggerayangi tubuhku.

Terikat terlentang di ranjang dengan seorang pria yang akan menyodomiku benar-benar menakutkanku. Tubuhku gemetaran dengan rasa takut. Namun pria itu malah mengira saya gugup.

"Tenang saja, Jimmy. Loe gak perlu tegang gitu. Nikmati aja."
"Jimmy? Dia memanggilku Jimmy? Tapi saya bukan Jimmy! Astaga, apa yang sedang terjadi?" tanyaku panik.

Saya berusaha berteriak-teriak agar dia tahu bahwa dia telah salah mengenali orang, namun suara yang keluar hanya suara erangan tertahan akibat sumpalan celana kolornya yang berbau khas pria itu. Saya mulai memasrahkan diriku, tahu bahwa tak ada jalan keluar dari kekacauan ini.

"Terus terang, gue kaget liat loe. Seharusnya loe bilang kalo loe Chinese, soalnya gue paling suka cowok Chinese. Kalo tau loe putih mulus begini, gue 'kan bakal datang pagian," senyumnya, cengar-cengir seperti kuda. Biarpun begitu, wajahnya masih terlihat tampan dan gagah. Pria itu kemudian memposisikan tubuhnya tepat di atas tubuhku. Mata kami bertatapan. Kulihat nafsu berkobar-kobar di matanya.

"Kayaknya lebih enakan ketemu face-to-face begini daripada lewat chatting," komentarnya.

Rupanya pria ini dan Jimmy saling mengenal lewat chatting. Pasti Jimmy tidak memberikan fotonya sehingga pria ini salah mengenaliku dan mengira saya Jimmy. Astaga, bagaimana kekacauan ini bisa terjadi?

Pria itu lalu menggosok-gosokkan kontolnya yang ngaceng ke perutku. Gosokannya menimbulkan sensasi aneh di seluruh tubuhku dan merangsang kontolku. Kontolku pun bangun dari tidurnya, menusuk-nusuk selangkangannya. Pria itu tersenyum mesum melihat kontolku ngaceng.

"Ngaceng lagi, yach? Sorry yach, gue telat datang. Jadinya loe mesti main sendiri deh. Tadi gue liat pejuh loe di mana-mana. Pasti orgasme tadi hebat banget. Tapi bakal lebih hebat lagi kalo loe bersama gue. Gue janji bakal bikin loe melayang ke surga, sayangku," bisiknya sambil tetap menggosok-gosokkan kontolnya. Semakin lama, gosokannya menjadi semakin kencang dan napasnya mulai memburu-buru. Dapat kurasakan cairan hangat membasahi perutku. Pasti kontolnya mengeluarkan precum. Dia pasti sedang bermasturbasi sambil menggunakan tubuhku.

"Aahh.. Oohh.. Aahh.. Gue.. Mmaauu.. Aahh.. Kkeelluuaarr.. AaAARRGGHH!!" Dan muncratlah pejuhnya ke depan.

Pejuhnya tersemprot jauh ke depan dan mengenai mukaku. Sambil mengerang dan mengejang, pria itu menikmati orgasmenya.

"AARRGGH!! OOHH!! AARRGGHH!! AARRGGHH!!" Pejuh terus-menerus ditembakkan keluar sehinga ketika semuanya usai, saya sudah bermandikan pejuh pria itu.
"Aahh.." Mukanya nampak letih sekali. Dugaanku bahwa setelah orgasmenya, dia akan melepaskanku. Tapi saya salah. Pria itu masih punya agenda lain, yakni mengentot anusku!
"Aahh.. Enak banget, Jimmy. Thanx," katanya. Pria itu bangkit dan membersihkan tubuhnya dari noda-noda pejuh.
"Omong-omong, loe ingat ama chatting kita yang terakhir. Loe bilang bahwa kalo kita ketemu, loe pengen dientot ama gue. Berhubung sekarang kita udah ketemu, gue rasa ini merupakan saat yang tepat," sambung pria itu seraya mengocok-ngocok kontolnya.

Saya ketakutan dan ingin berteriak namun tanpa daya. Diikat seperti itu, tak mungkin saya meloloskan diri.

"Rasakan kontol gue," katanya.

Sengaja, didekatkannya kontolnya yang tegang dan basah itu ke wajahku. Sosis itu kemudian dipukul-pukul ke wajahku. Saya hanya terdiam, ketakutan. Noda-noda precum menodai wajahku. Sebagian mendarat di lubang hidungku. Aroma kelaki-lakian pun tercium tajam dan menyengat. Sebagai homoseksual, saya terangsang!

Tiba-tiba, dia kembali menggerayangin tubuhku dan memposisikan kontolnya tepat di depan anusku. Berhubung kedua kakiku diikat terentang lebar-lebar, dia takkan menemui kesulitan yang berarti dalam mengentotinku. Kemudian, tanpa aba-aba, dia langsung membenamkan kepala kontolnya masuk ke dalam lubangku.

"MMPPHH!!" erangku, tersumpal celana dalamnya.

Sakit sekali. Saya merasa seolah-olah anusku dibelah dan ditarik membuka. Air mataku berlinang keluar, namun pria itu tidak memperdulikannya. Malahan, dia menjadi semakin bersemangat untuk menghabisi pantaku. Kontolnya keluar masuk lubang duburku, meninggalkan noda-noda precum di dalam duburku. Yang paling tak kusuka adalah rasa panas yang membakar anusku serasa anusku akan sobek.

Kontolku terperangkap di antara tubuhnya dan tubuhku. Gerakan ngentot pria itu secara tidak langsung telah memasturbasi kontolku.

"Mmpph.. Mmpphh.." erangku, merasakan nikmat dan sakit sekaligus. Kebingungan melanda diriku. Saya benci dingentot namun sekarang saya mulai menyukainya.
"Hhppff.. Mmppff.. Mmppff.." erangku menggeliat-geliat sementara kontol pria itu terus menerus menyerangku. Kepala kontolku terus-menerus bergesekkan dengan perutnya hingga pejuhku mulai terpompa keluar.

Seiring dengan berdenyut-denyutnya anusku akibat orgasme, kontol pria itu tercekik di dalam dan memaksanya untuk berejakulasi. Maka.. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!

"AARRGG!! AARGGHH!! AARRGHH!! UUGGHH!! AARRGGH!!" erangnya sambil menghentak-hentakkan tubuhnya. Pejuh hangat membanjiri kanal pembuanganku, membuatku merasa becek dan penuh. Kontolnya masih bergerak-gerak di dalam anusku.
"Aahh.." desahnya saat tak ada lagi pejuh yang muncrat dari lubang kontolnya.

CCROOTT!! Letih dan lemas, pria itu menarik keluar kontolnya dengan suara PLOP! Napas kami berdua terengah-engah dan berat sekali. Keringat membasahi tubuh kami. Pria itu memelukku lagi dan kali ini saya tidak melawannya.

Saat pria itu membebaskanku dari ikatan dan sumpalan, barulah saya mengatakan padanya bahwa dia telah salah kamar. Dia pun panik dan buru-buru meminta maaf dan memohon agar saya tidak melaporkannya ke polisi. Saya tersenyum dan menciumi bibirnya.

"Tenang aja. Gue juga homo, kok. Tapi saya akan menutup mulutku asalkan loe berjanji untuk mengentotku lagi. Bagaimana?" tanyaku. Pria itu pun menyetujuinya seraya menciumiku balik. Aahh..

Kami pun kembali bergumul di ranjang. Kontol pria itu bangkit kembali, begitu pula dengan kontolku. Pria itu menciumiku dengan lidahnya. Saya menyerahkan driku sepenuhnya dan membiarkan lidahnya masuk. Oh, nikmatnya berciuman.. Dengan bernafsu, pria itu memposisikan badanku dalam posisi doggy-style. Saya tak melawan, dan malah ingin merasakan hajaran kontolnya lagi. Lalu..

"AARRGGHH!!" erangku saat kontol itu kembali masuk dan menghajar anusku yang masih agak perih itu.

Semalaman kami bermain cinta. Saat pagi menjelang, ranjang kami sudah basah dengan pejuh! Saya jadi kasihan dengan Jimmy, siapa pun dia. Tapi yang penting, malam itu saya mendapat kepuasan yang tak terhingga dan saya senang pria itu nyasar ke kamarku.

Sejak saat itu, saya terlahir kembali. Kini saya suka menjadi keduanya: top dan bottom. Saya suka mengentot dan dientot. Julukanku pun diganti menjadi Master of Gay Sex!


E N D

Aku Simpanan Pamanku

Sebagai penghuni baru di Kota ini, sore itu aku memutuskan untuk jalan-jalan di salah satu mall terkenal di daerah selatan Jakarta. Aku ingin mengenal kota ini lebih dekat. Dan ternyata memang benar berbagai suguhan penampilan orang biasa dan sesekali selebritis melintas di depan mata lengkap dengan gaya dan penampilan yang wah cukup sexy. Baru beberapa blok berjalan saya berhenti di suatu pojok dan berdiri sejenak mengamati orang yang lalu-lalang. Dan bersamaan dengan itu seorang Om beridiri di sampingku. Dari gaya stelannya saya bisa simpulkan dia itu seorang karyawan kantoran. Usianya seitar 45 tahun, saya sendiri 25 tahun. Tanpa saya duga dia menyapaku dengan ramah, dan sebagai orang baru yang masih asing di kota ini, apalagi di mall ini, saya menjawab dengan antusias dan mengemukakan sejujurnya bahwa saya baru seminggu berada di kota ini. Setelah berbasa-basi seperlunya dia menawarkan "keliling yok...! bosan berdiri melulu....! Sesampai di parkir saya begitu kaget setelah Om itu membukakan pintu
BMW warna merah maronnya untukku. Dan dengan langkah agak ragu saya duduk di sebelahnya. Di tengah kegugupan saya, tiba-tiba tangannya yang kencang berotot itu menepuk pahaku " santai aja Ron.... koq kamu begitu gugup...!" dia tidak tahu saya begitu was-was kalau sampai dia tahu kontolku sedang naik. Belakangan saya tahu ternyata dia seorang manager di sebuah BUMN terbesar di kota ini. Begitu mobil jalan, Tanpa basa-basi tangannya mulai menggerayangi sampai ke selangkanganku dan betapa kagetnya dia begitu tangannya yang keras menyentuh keperjakaanku satu-satunya yang tidak kalah kerasnya dengan baja sekalipun... Tanpa membuang waktu dia segera memerosoti restleting celanaku dan menyibak CD ku dan selanjutnya tanpa henti memepermainkan kontolku sementara tangan kanannya tetap mengontrol kemudi. Karena tidak bisa konsen penuh, dan setelah mendapatkan lokasi yang agak sepi dia memarkirkan mobil dan permainan yang tadi masih belum sepenuhnya kini lebih diaktifkan lagi.. tanpa membuang waktu si Om memeloroti celana saya sepenuhnya hingga saya benar-benar bugil dari

pusar ke bawah. Dan bagai singa lapar si Om melumat kontolku. Tanpa memberi waktu buat saya si Om mempermainkan, mengulum kontolku, ujung lidahnya dengan lincah mempermainkan ring kontol ku oh...oh....oh aku melambung di awan yang cukup tinggi. Oh..... Ron.... kontol mu nikmat sekali...... hangat ....... begitu seterus nya tanpa henti kontolku yang tetap mengeras bagai ulekan keluar masuk mulutnya hoh...hoh... nikmat menggesek-gesek bibirrnya yang tebal dan agak hangat. Merasa gerakan terbatas....., si Om merebahkan sandaran jok dimana akau duduk hingga aku bisa selonjoran, dan sesekali kami terpaksa buru-buru berhenti takkala ada orang lewat. Setelah menggerayangi dan bermain dengan kontolku sedari tadi.

Akhirnya si Om minta aku memperlakukan dia dengan cara yang sama dia lakukan terhadap burungku satu-satunya. Dan tanpa menunggu terlalu lama segera kubuka beltnya dan kuperosoti celananya hingga tinggal CD. Kucumbu tonjolan di selangkangannya yang menyembul di balik CD nya. Kuciumi dengan penuh nafsu, selanjutnya kutarik CD nya sampai ke bawah hingga nampaklah olehku kontolnya yang sudah tegak lurus diselimuti juntaian bulu-bulu warna hitam campur putih kombinasi, dan menambah nafsu birahi ku untuk segera mempermainkannya.

Belum puas saya melumat kontolnya yang kaku, si Om kembali melumat kontolku dan menjilatjilatinya bagai anak kecil sedang makan es krim. Puas mengulum kontolku si Om mengambil posisi duduk di hadapanku dan mengarahkan buritannya persis di atas kepala kontolku yang berdiri dari tadi bagaikan tugu monas. Sembari mengelus, meremas dan melumasi batang kemaluanku dengan baby oil yang sudah tersedia di mobilnya, dengan bernafsu kontolku diarahkannya tepat ke lobang pantatnya yang ditumbuhi bulu lebat. Ayo Ron tembak saya..... kokang senapanmu ayo... ayo... Dan blash...... sekali turun dia tepat duduk merapat dan tertelanlah kepala burungku. Berkutnya naik turun satu dua tiga kali... amblas semua batang penisku dengan menyisakan buah zakar yang masih berada di luar pantatnya. Omku menjerit-jerit keenakan sambil terus mengelinjang menaikturunkan pantantnya yang cukup padat berisi. Aku hanya passif menikmati hempasan bokongnya, dan gesekan-gesekan bibir anusnya yang sangat-sangat nikmat terasa di bagian canopy (batas kepala dan leher/batang) kontolku. Setelah puas naik turun di atas tongkronganku saya menjerit karena mau ejakulasi dan secepatnya dia menyuruhku untuk menahan sementara dia mengocok telornya di atas pangkuanku dan akhirnya satu........ dua ............... ya..................... kumuncratkan maniku dengan sekuat tenagaku menghunjam ususnya yang hangat dan lembut dan sementara itu kurasakan otot-otot anusnya mencengkeram batang penisku begitu kuat ohh.....ohhhh..... akhirnya kami sama-sama ejakulasi dan lemas. begitu aku turun dari mobil jam telah menunjukkan pukul 21.15. Dia pamit setelah sebelumnya mencatat nomor telp. ku untuk minta jatah selanjutnya. Aku berjalan menuju kamarku sambil membayangkan apa yang telah aku alami sedari tadi sore. Satu per satu peristiwa itu ter replay di hadapanku............... Selanjutnya aku menunggu calling dari Omku.............................

Andy, Hulk Milikku

Sewaktu masih kuliah dulu, saya mengenal seorang binaragawan junior. Namanya Andy, hampir satu tahun lebih muda dibanding saya. Pada waktu itu, umurku 22, jadi dia berumur 21. Pada hari pertama semester baru, Andy menarik banyak perhatian, baik dari kalangan murid maupun dari kalangan dosen. Semua terkesima melihat tubuhnya yang benar-benar sarat penuh otot, mirip Hulk! Sungguh mengagumkan, mengingat pas SMU dia kurus sekali (dia menunjukkan fotonya).

Agak aneh memang melihat seorang binaragawan junior memutuskan untuk mengambil jurusan Teknologi Informasi. Banyak yang mengatakan bahwa orang berbadan besar itu blo'on. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Andy. Dia bahkan lumayan pintar, dan sempat menjadi sainganku. Entah kenapa, begitu melihatnya, saya langsung jatuh cinta. Tiap hari yang terlintas di benakku hanyalah wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang penuh otot. Saya mulai mendekatinya, menemaninya, dan berusaha untuk menjadi sahabat terbaiknya.

Satu semester berlalu, kami pun sudah menjadi sahabat kental. Berhubung tempat tinggal kami tak terlalu jauh, dia sering mengantar-jemput saya. Meskipun saya ingin mengatakan padanya betapa saya mencintainya, dan betapa saya amat bernafsu pada tubuh kekarnya, saya tak dapat mengatakannya. Saya tak mau kehilangan persahabatannya. Lagipula, saya takut dia akan meremukkan badanku dengan kedua tangan ala Hulk-nya itu. Meskipun saya pintar sekali menyimpan rahasia ini, pada suatu hari semuanya terbongkar..

Seperti biasa, Andy mengantarku pulang seusai kuliah. Rumahku sepi karena orangtuaku sedang kondangan. Tapi kali ini, Andy ingin mampir sebentar untuk beristirahat.. Tentu saja kuperbolehkan. Tanpa curiga, saya pun masuk ke kamarku untuk mandi sebentar dan berganti pakaian. Tak terdengar sedikit pun suara komputerku yang sedang dinyalakan. Berhubung komputerku terletak di ruang tamu, siapa saja dapat menyalakannya. Begitu saya melangkah kembali ke ruang tamu, saya terpaku di sana.

Andy sedang sibuk mengamati isi komputer saya! Tubuhku lemas semua. Kini dia tahu tentang homoseksualitasku! Semua yang ada di dalam komputerku berbau homoseksual, dari wallpaper, toolbar, sampai screensaver. Banyak sekali terdapat foto cowok bugil dan foto para cowok sedang asyik ngentot dengan cowok lain, Andy terkejut ketika melihatku sedang berdiri tak jauh darinya. Kami sama-sama tak bersuara, saling menatap.

"Ehm," Andy membersihkan kerongkongannya..
"Gue suka komputer loe," katanya.
"Andy, maap'in gue. Gue gak pernah cerita soal homoseksualitasku karena gue takut loe bakal ninggalin gue. Tapi kini loe tau. Gue ngerti kok kalo loe mau mutusin persahabatan kita," kataku, lemas.

Tak ada keceriaan di wajahku. Yang ada, hanyalah kesedihan dan rasa malu yang sangat mendalam. Tapi, di luar dugaanku, Andy Lie bangun dari duduknya dan menghampiriku. Dengan lembut dia berkata.

"Gue juga homo kayak loe." Terkejut sekali saya mendengar pengakuannya itu.
"Sumpah, gue ini juga homo kayak loe. Itu sebabnya gue jadi binaragawan. Sebab, gue bisa membentuk badan gue seperti badan yang gue sukai. Dan juga, di tempat fitness dan binaraga, gue bisa cuci mata liatin banyak cowok berbodi oke." Andy berhenti untuk beberapa saat. Lalu dia memegang tanganku.
"Tapi loe udah narik perhatian gue. Gue gak tau kenapa gue suka banget ama loe. Mulanya gue takut sebab gue pikir loe pasti straight. Tapi kini, gue gak ragu lagi. Gue mau kita pacaran. Loe mau 'kan?"

Dengan berlinang air mata, Andy kupeluk. Terasa sekali otot-ototnya. Saya mengiyakan lamarannya dan kami pun resmi berpacaran. Setelah mengeringkan air mataku dengan tangannya, Andy mulai menciumi tubuhku. Saya pun pasrah dan menciuminya kembali. Saya berusaha melingkarkan tanganku ke lehernya tapi tubuhnya terlalu besar. Tanganku kualihkan ke dadanya saja. Ahh.. Keras sekali! Seperti memegang dada patung Yunani kuno saja. Kedua putingnya yang keras tercetak jelas di balik kausnya. Dipeluk olehnya, saya merasa seperti sedang dipeluk Hulk. Tapi Hulk yang ini asli dan horny banget! Sambil menciumiku, tangan Andy melucuti pakaianku dan pakaiannya sendiri. Butuh waktu sekitar tiga menit sampai kami berdua betul-betul telanjang bulat.

Mataku hampir terbelalak melihat kontol Andy Lie yang maha besar itu. Benar-benar kontol seorang Hulk! Diam-diam saya merasa nyeri duluan. Pasti kontolnya akan merobek-robek anusku yang kecil dan ketat ini. Mataku kemudian beralih memandang dadanya. Ah.. Dada yang kokoh dan besar. Otot-otot pektoralnya menggembung besar sekali, tak kalah dengan otot Ade Rai. Kedua putingnya yang coklat nampak kontras sekali berdiri di atas dada yang putih bersih.

Mataku kemudian naik dan memandang wajahnya yang tampan. Ahh.. Hulk yang satu ini sungguh menawan hatiku. Dan yang pasti, badannya tidak berwarna hijau:) Selama beberapa saat kami hanya berdiri di sana, berpelukkan dan berciuman lagi. Tanganku meraba-raba dan meremas-remas dadanya. Khusus untuk putingnya, kupelintir kuat-kuat sampai dia melenguh kesakitan. Tapi itu semua hanya membuatnya semakin bergairah.

Tiba-tiba dia bertanya, "Gimana kalo kita main di depan komputer loe? Gue liat tadi loe nyimpan banyak foto-foto cowok telanjang. Gue suka banget liat bodi mereka yang kekar-kekar." Bagaimana saya dapat menolak permintaannya? Kami pun berpindah tempat. Berhubung Andy lebih besar, maka dia mendapat kehormatan untuk duduk duluan. Tapi setelah dia duduk, tak ada lagi tempat untukku.

"Duduk di atas kontol gue aja, sayang," katanya. Aahh.. Duduk di atas kontolnya? Kebayang gak sih? :) Seperti ayah yang sedang membimbing anaknya, Andy membantuku duduk di pangkuannya. Kontolnya yang besar berdenyut-denyut, ngaceng sekali. Sebelumnya Andy sempat mengusap-ngusapkan precum-nya sehingga kontolnya licin.

"Ayo, sayang. Jangan takut. Loe pasti doyan kontol 'kan? Ini ada kontol buat loe, semoga loe suka."

Nekad, kududuki saja kontolnya.

"AARRGGHH!!" jeritku saat kepala kontolnya yang maha besar itu berusaha menyelip masuk. Tapi kepala kontol itu memang besar sekali. Namun Andy Lie nampaknya sudah dikuasai nafsu; gesekan antara kontolnya dengan anusku rupanya sangat menggairahkan. Andy memegang pundakku dan memaksaku duduk lebih dalam lagi. Kontan saja saya berteriak-teriak.
"AARRGHH!! Sakit! UUGHH!! AAHH!!"

Tapi di mana ada kemauan, di situ ada jalan. PLOP! Kontol besar itu pun amblas masuk. Napasku tersengal-sengal akibat rasa sakit yang kualami tadi. Anusku terbuka lebar-lebar, seara ingin sobek. Saya masih meringis-ringis kesakitan. Menengok ke belakang, kulihat Andy tersenyum-senyum. Dia yang keenakan, saya yang menanggung sakit. Tapi saya suka kok. Itulah alasan kenapa saya diciptakan. Agar para cowok bisa menancapkan kontol mereka ke lubangku!

Tangan Andy mulai mengotak-ngatik isi folder-folderku. Beberapa kali pencet, di layar monitor sudah terpampang foto slideshow yang otomatis berjalan tiap setengah menit. Sebagai foto pembuka, nampak Ken Ryker, sang aktor gay terkenal yang sudah berusia 30-an tapi masih kencang ototnya, menghias monitorku. Dengan bangga dia memamerkan kontolnya yang disunat.

Andy Lie mendesah saat dia melihat betapa sempurnanya otot-otot dada Ken Ryker. Dasar binaragawan! Selalu otot saja yang nempel di pikirannya:) Foto-foto berikutnya terus berparade di depan kami berdua. Andy sudah tak mampu membendung nafsunya lagi. Dia ingin segera mencicipi tubuhku. Berhubung tubuhku jauh lebih kecil dibandingkan tubuhnya, dengan mudah Andy Lie mengangkat tubuhku sedikit.

"AARRGGH!!" erangku saat kontol super miliknya itu bergesekkan dengan bibir anusku yang hampir sobek itu. Keringat dingin meluncur keluar dari setiap pori-pori tubuhku. Lalu Andy menurunkan tubuhku kembali.

Lalu dia menarikku ke atas lagi, turun lagi, ke atas lagi. Baginya ngentot dengan gaya seperti itu dapat membentuk tubuhnya sekaligus memberikan kenikmatan. Tapi bagiku, itu merupakan penderitaan, berhubung kontolnya terlalu besar! Meskipun saya meraung-raung kesakitan tiap kali kontolnya bergerak-gerak menghajar pantatku, kontolku tak dapat berbohong. Kontolku tetap ngaceng dan malahan terus-menerus mengeluarkan precum. Berhubung tak terurus, precum itu menetes turun dan bergelantungan di kepala kontolku.

Gambar berikutnya yang tampil di monitorku adalah foto Eric Manchester, juga seorang bintang porno gay, yang sedang asyik menyodomi seorang bule yang ganteng sekali. Eric sih tersenyum-senyum dengan kontol menancap dalam pantat cowok yang 'malang' itu. Sedangkan cowok yang disodomi Eric menunjukkan ekspresi wajah yang kesakitan. Matanya hampir terpejam dan mulutnya terbuka seakan-akan ingin berkat. Tapi nampak juga bahwa ekspresi kesakitannya itu bercampur dengan kenikmatan, sebab ada sebuah senyum kecil tersungging di wajahnya yang tampan.

Ekspresi itulah yang sedang kutunjukkan saat Andy, tanpa ampun, membor anusku. Saya mengerang-ngerang kesakitan dan meronta-ronta, tapi Andy tetap memompaku. Terasa sakit dan nikmat bercampur menjadi satu. Saya tak dapat lagi membedakan antara rasa sakit dan rasa nikmat. Semuanya terasa sama saja.

"AARGGHH!! AARRGHH!! AARRGGHH!!" erangku setiap kali kontolnya menghajar duburku. Nampaknya Andy Lie bertekad untuk ngecret di dalam tubuhku. Jika saya bisa hamil, pejantan seperti dia pasti dapat menghamiliku hanya dengan sekali semprot saja.
"Hhoohh.. Hhoohh.. Pantat loe enak banget.. Hhoohh.. Ketat! oohh.. Enakkan ngentotin pantat loe.. Hhohh..", desahnya di antara napasnya yang berat. Keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya, membuatnya berkilat-kilat seperti piala Oscar.

Untuk yang kesekian kalinya, foto di monitorku berganti. Kali ini menunjukkan foto close up dari sebatang kontol bule yang bersunat. Kepala kontol itu sudah basah dengan precum dan warnanya kemerah-merahan. Nampak tangan sang pemilik sedang sibuk mengocok kontol itu. Tepat dari lubang kontolnya yang sempit, nampak pejuhnya telah tersemprot ke atas. Berkat pengambilan gambar yang bagus, adegan semprotan pejuh itu tertangkap dengan jelas, tanpa kabur sedikit pun. Pejuh itu nampak kental sekali dan sedang meroket ke atas. Jika saja gambar itu bisa berjalan seperti video, pasti pejuh itu akan mendarat tepat di mulut sang pemilik kontol!

Melihat foto kontol yang lagi ngecret tiba-tiba memicu ejakulasi kontol Andy. Mengerang-ngerang tak karuan, Andy tiba-tiba mempercepat gerakan mengentotnya. Tentu saja, saya pun ikut mengerang.

"AARRGHH.. AARRGGHH.. AARRGGHH.." Erangan kami menyatu dan berbaur sehingga kami sudah tak dapat membedakan lagi siapa yang sedang mengerang. Namun, Andy Lie akan segera ngecret.
"AARRGGHH!!" erangnya sambil mendorong kontolnya masuk ke dalam tubuhku sedalam-dalamnya. Saya pun ikut menjerit.
"AARRGGHH!!" Kontol super itu dengan ganas merusak isi pantatku dan mengenai sesuatu di dalam sana. Pasti kontolnya telah mengenai prostatku. Sebab tubuhku mulai menggelinjang-gelinjang dengan rasa nikmat yang tak terlukiskan. Astaga kita berdua akan segera ngecret! Mungkin dalam waktu yang hampir bersamaan pula.
"AARGGHH..!!" jerit Andy seperti serigala yang terluka. Suaranya membahana, memenuhi seisi ruangan.

CCRROTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROTT!! Kontolnya berdenyut-denyut liar sekali sambil sibuk menembakkan pejuh. Pejuhnya langsung membanjiri seisi lubang pelepasanku. Perutku terasa penuh sekali. Kontolnya saja sudah amat menyesakkan. Apalagi kini ditambah dengan pejuhnya yang berliter-liter. Seolah tanpa habis. Kontolnya terus memuncratkan sperma. CCROOTT!! CCRROOT!! CCRROOTT!! Aahh.. Benar-benar beda antara dientotin cowok biasa dengan dientotin Hulk.

"AARRGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! HHOOHH!! HHOOSSHH!! UUHH!!" Tubuh sang Hulk pun mengejang-ngejang sambil tetap mencengkeram tubuhku. Semuanya (muncratnya pejuh si Andy, kekejangan tubuhnya, serta erangannya) mendorongku ke jurang orgasme.

CCRROOTT!! CCROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Kontolku, seperti selang yang tak terkendali, bergoyang-goyang sambil memuntahkan pejuh.

"AARRGGHH!! AARRGGHH!! AARRGGHH!! AARRGGHH!!" erangku, sebagian karena rasa sakit di pantat dan sebagian karena rasa nikmat dari muncratnya pejuhku.

Pejuhku mendarat ke mana-mana. Ada yang nempel pada layar monitor, ada yang jatuh ke atas lantai, bahkan ada yang nempel ke langit-langit ruangan! Andy tetap memeluk tubuhku erat-erat dan kami kelojotan berdua sambil memuncratkan jus kelaki-lakian kami. CCROOT!! CCRROOTT!! Dan semuanya selesai.

"Hhoohh.. Hhoohh.."

Meski sudah selesai, Andi tetap tak ingin mengeluarkan kontolnya dari dalam pantaku.

"Gue pengen begini selamanya. Gue pengen ngentotin loe siang dan malam, oh pacarku." Aduh, melayang deh rasanya mendengarnya menggodaku seperti itu. Kami pun berciuman kembali. Saya merasa aman sekali dalam pelukannya. Oh, Andy Lie-ku..

Dan sebagai foto terakhir dari slideshow, nampak foto sepasang pria bule yang tampan sekali sedang saling berciuman. Mereka bertelanjang dada, dan dada mereka membangkitkan nafsu setiap pria homoseksual yang melihatnya. Bibir mereka saling menghisap dan saling berciuman. Mata mereka terpejam, menikmati ciuman mereka itu. Kemudian layar monitorku menjadi gelap, tanda bahwa slideshow telah berakhir.

Pesta Seks Gay

Sekarang akan kulanjutkan ceritaku cintaku dengan Andre, dan aku mohon maaf apabila dalam penulisanku ini, ceritaku terlalu bertele-tele, maklumlah namanya juga pemula.

*****

Setelah, aku resmi menjadi kekasih Andre. Hari-hariku semakin menjadi penuh warna, Andre begitu pandai menciptakan suasana, sering kali disaat aku sedang kuliah, jika terbayang wajah tampan Andre, rasanya ingin cepat-cepat pulang dan berjumpa dengan Andre kekasihku.

Disaat aku sedang asyik-asiknya melamun, aku dikagetkan suara dering HP ku, kulihat nomor Andre.
"Haloo.. Rus sayang. Nanti malam aku ada acara sama teman-temanku, kamu ikut ya?"
"Acara apaan sih Ndre?"
"Yah.. pesta kecil-kecilanlah, untuk kalangan terbatas, tapi asyik punya. Gimana? Mau ya. Pokoknya nanti malam jam 19:00 kamu aku jemput dan kamu harus sudah rapi dan ikut denganku".
"Ye.., maksa", balasku.

Jam 6:30 aku sudah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat, sesuai dengan janjinya jam tujuh tepat Andre datang menjemputku, setelah pamit sama kedua orang tuaku, kami pun meluncur, menuju kearah selatan Jakarta.

mm.. gila. Batinku. Pasti tuan rumahnya anak orang kaya. Yah.. aku terkagum kagum sekali saat memasuki ruangan pesta, disalah satu sweat room hotel berbintang lima. Ruangan tersebut begitu mewah di tambah dengan pernak pernik yang mungkin dirancang tuan rumah khusus untuk acara malam ini.

"Hai Ndre.. barbar (Barang baru) nih? Boleh dong, ikutan nimbrung Ndre?"
"Enak aja sahut Andre".
"Siapa Ndre?", tanyaku.
"Oh dia Kevin temanku", jawab Andre.
"Ayo, aku kenalin kamu sama yang punya hajat".
"Mick..Hai.. Andre apa kabar? Thanks ya. kamu mau datang ke acaraku".
"Oh.. ya.. Mick, Kenalin ini Gama temanku".
"Hai", sapa Mick, ramah sekali.
"Hai juga", sahutku.
Kamipun terlibat obrolan ringan.

Mick seorang keturunan, masih muda dan tampan, anak salah satu pengusaha terkenal di Jakarta.
"Dre. Kok ruangan segini luas. orang yang datang kok, cuma sedikit?".
"Rus., ini acara memang sengaja dibuat sama Mick khusus buat teman-teman dekatnya saja, Paling paling yang diundang cuma 10 sampai 15 orang".
"Ohh.. sahutku".

Semakin malam alunan musik semakin keras, dan suasana pesta sudah semakin panas. Para tamu dengan cueknya dan tanpa perduli disekitarnya sudah saling merangsang birahi diantara mereka. Jam sudah menunjukan pukul 23 malam, kulihat Mick hendak bersiap siap untuk berbicara.
"Thanks. buat teman–teman yang mau datang ke acaraku, aku sudah siapkan beberapa perempuan yang cantik cantik buat teman teman yang nggak doyan laki-laki, pokoknya pesta ini pesta kita. lets party", teriaknya.

Musikpun mengalun dengan keras kembali. Kulihat di dekat bar beberapa orang tamu sudah saling bermesraan, saling meremas, saling raba, dan bercium dengan serunya. Ada juga sepasang laki-laki sambil berdisko sudah saling melepaskan pakaian mereka. Aku jadi kaget dibuatnya. Rupanya ini adalah pesta sex.

"Ndre kok nggak bilang sih ini pesta beginian".
Yang kutanya cuma nyengir.
"Maaf ya Rus. Kalau aku kasih tahu kamu sebelumnya, aku takut kamu nanti malah nggak mau ikut", Jawab Andre sambil memeluk tubuhku.

Mungkin karena pengaruh minuman dan obat-obatan kulihat para undangan sudah tidak perduli lagi, mereka sibuk mencari pasangan, bagi yang sudah punya pasangan mereka dengan santainya mengentoti pasangannya, dengan cueknya tanpa ada rasa malu. Kulihat, Mick juga sedang asyik bercumbu dengan pasangan sesama jenis di pojok ruangan. Banyak tamu yang tidak aku kenal, ada beberapa diantara mereka, dengan gaya yang sok akrab mengajakku berkencan. Untungnya, Andre selalu dekat denganku dan selalu bilang dia milikku.

Wow.. Rasanya sungguh fantastis sekali, menyaksikan dengan langsung pemandangan orang-orang yang sedang bersetubuh. Ini merupakan pengalaman yang sangat luar biasa buatku, karena baru sekali ini aku megalami peristiwa seperti ini. Libodoku mau nggak mau ikut naik, apalagi menyaksikan dari dekat ekspresi-ekspresi kepuasan yang terpancar di wajah mereka.

"Gimana asyik kan pestanya? Kalau kamu mau, kamu boleh entotin mereka semua, dan merekapun boleh ngentotin kamu, kamu tinggal pilih aja", ujar Andre.
"Nggak ah.. Ndre. Aku takut", jawabku.
"Jangan takut sayang. Tadi aku sudah minta ijin sama tuan rumah, kalau kamu itu tidak boleh di pakai bebas, kamu kan milikku".

Kami pun berciuman, saling berpagutan, suasana yang begitu erotis semakin menambah tingginya birahiku dan Andre. Satu persatu pakaian yang kami kenakan lepas sudah, aku dan Andre sudah telanjang bulat. Awalnya, aku sangat malu sekali, telanjang bulat didepan umum, namun kulihat di sekelilingku, apa yang mereka lakukan sama dengan apa yang aku dan Andre lakukan. Tanpa rasa malu mereka saling mendesah, saling menjerit dalam meraih puncak kenikmatan mereka.

"Ahh", jerit Andre saat kontolnya menerobos masuk ke lubang anusku, akupun ikut menjerit tertahan, menahan nikmat dan rangsangan yang begitu erotis. Andre terus memompaku maju mundur.
"Ahh.., Russ, enak sekali sayang".
Plak.. plak.. plak.. dengan sangat bernafsu sekali Andre terus mengocok pantatku dari belakang dalam posisi menungging.

Kulihat di depanku Mick sudah menyelesaikan permainannya. Aku semakin terangsang sekali melihat ekspresi kepuasan yang baru saja diraih oleh Mick. Sambil berpelukan dengan pasangannya, Mick terus memperhatikan persetubuhanku dengan Andre.
"Ahh.. Russ", jerit Andre saat ejakulasinya sudah dekat.
"Crett.. cret", ejakulasi Andre begitu kuat menyemprot masuk ke dalam anusku.
"Dree.., jangan dicabut dulu sayang. Aku juga mau keluar".
Kukocok kontolku dengan cepatnya dan..
"Cret.. cret.. cret", muncrat sudah air maniku.

Ah.. lega rasanya, Pesta terus berjalan, para tamu saling bertukar pasangan, Aku dan Andre berjalan kearah beranda. Kami masih tidak mengenakan busana. Andre memeluk tubuhku dari belakang sambil memandangi keindahan kerlap kerlip lampu kota Jakarta di malam hari. Aku merasa damai sekali dalam pelukan Andre, sampai ada suara yang mengagetkan kami.

"Ndre. Gama. Wahh.. disini kalian rupanya".
"Eh.. Mick", jawab Andre.
"Ayo kita bergabung sama yang lain dan lanjutkan pestanya", pinta Mick.
"Thanks Mick. Biar kami disini saja jawab Andre, Kami berdua masih lelah".
Aku sebenarnya merasa risih sekali berbicara dalam keadaan telanjang bulat di depan orang yang baru aku kenal, namun aku belaga cuek karana Mick juga telanjang bulat.

Kami bertiga akhirnya saling terlibat percakapan, kulihat Mick sering sekali memperhatikan tubuhku, seperti singa lapar yang siap menerkam mangsanya. Aku sendiri juga sering curi-curi pandang kearah Mick. Mick cukup tampan, kulitnya putih bersih dan yang paling membuatku bergidik adalah kemaluaannya. Dalam keadaan tertidur saja sudah begitu besar, gimana kalau sudah tegang?

"Ndre, boleh bicara sebentar?" pinta Mick.
Andre dan Mick pun berjalan kearah sudut ruangan, kulihat Mick berbisik bisik ditelinga Andre. Entah apa yang mereka bicarakan. Kulihat Andre begitu terkejut dan memandang kearahku.
"Rus. pangil Andre", akupun menghampiri mereka berdua.
"Ada apa Ndre?", tanyaku.
Tiba tiba tanpa memperdulikan Mick, Andre langsung memeluk dan menciumi bibirku.., akupun membalas ciumannya dengan tak kalah buas. Saat aku sedang menikmati perlakuan Andre, ada tangan lain yang ikut meremas dan menjilati pantatku.

Aku hendak menoleh namun Andre terus menahan kepalaku dengan ciumannya, Aku semakin melayang, apalagi jilatan dipantatku semakin liar gerakannya. Aku sudah tidak perduli lagi, yang kurasakan hanya nikmat dan nikmat. Andre melepaskan ciumannya dan orang yang asyik menjilati pantatku bangkit berdiri.

"Mick?", belum sempat aku bicara, bibir Mick sudah mendarat di bibirku.
Aku yang sudah terbakar birahi semakin tidak perduli, ciuman ciuman Mick sungguh dahsyat membuatku semakin melayang. Ternyata Mick seorang yang sangat lihai dalam berciuman, aku semakin menjerit-jerit, saat mulut Mick dengan lincah melumat kontolku. Mick memintaku untuk ganti posisi. Saat itulah aku baru tersadar ternyata Andre sudah tidak ada diantara kami. Dalam posisi menunging Mick kembali menjilati lubang pantatku, aku benar benar sagat menikmati permainanan Mick.

"Hisap Ma", pinta Mick, aku terkejut sekali.
Kontol Mick begitu panjang dan besar. Perlahan-lahan kucoba memasukan kontol Mick kemulutku, kuhisap.
"Ahh enak Ma", jerit Mick.
Uh.. rasanya mau muntah aku, saat kontol Mick masuk ke tenggorokanku.

"Gama.., aku masukan sekarang ya.
"Pelan-pelan ya.. Mickk., dimasukan dua jari tangannya, yang sudah dilumuri oleh pelicin kedalam lubang anusku, tidak sampai disitu saja, dua jari tangan Mick pun mengocok ngocok lubang anusku agar lubang anusku lentur dan tidak sakit saat penetrasi. Aku semakin merinding saat Mick mulai melumuri kontolnya dan lubang anusku dengan cairan pelicin, kemudian mengarahkan kontolnya ke lubang pantatku, digesek gesekannya dibelahan pantatku.

"aacckk sakit Mick", jeritku, saat kepala kontol Mick tanpa permisi menerobos masuk ke dalam lubang anusku.
Rasanya panas seperti terbakar. Aku hanya bisa mengigit bibirku menahan rasa sakit yang begitu dahsyat. Saat kontol Mick sudah masuk separuhnya dan tenggelam didalam lubang pantatku.
"Ohh.. Mick please Mickk.. Jangan digoyang dulu.. sakit sekali Mick".
Terus terang, kontol Mick dua kali lebih besar dan lebih panjang dari Andre, Dan selama ini baru Andrelah yang menikmati tubuh dan lubang pantatku.
"Tenang Ma. rileks.., lubang pantatmu sempit sekali", jawab Mick.
Dengan lihainya Mick mulai mengalihkan rasa sakit yang aku alami dengan meremas remas buah dadaku, meraba raba putingku, Mickpun menciumi punggungku, rasa sakit yang kurasakan perlahan-perlahan mulai sedikit berkurang, berganti dengan rasa geli dan nikmat dari remasan dan ciuman ciuman Mick.

Saat aku sudah melupakan rasa sakit di lubang pantatku, tiba-tiba dengan satu hentakan keras Mick berhasil memasukan seluruh batang kontolnya ke lubang pantatku. Aku hanya bisa menjerit dan melolong pasrah. Rasa panas di lubang anusku, kembali kurasakan, perutku mulas jadinya, mungkin karena kontol Mick yang besar dan panjang sampai masuk kedalam perutku.
"Uhh.., nikmatnya", jerit Mick.
Mick mulai memaju mundurkan pantatnya di lubang anusku. Hampir pingsan aku dibuatnya. Setiap kali Mick mengeluar masukan kontolnya di lubang anusku, gesekan kontolnya di dinding anusku semakin menambah rasa sakit yang kurasakan.
"Ohh.. Mick pelan-pelan Mick.., sakit", rintihku.
Mick semakin kesetanan, kocokan kontolnya di lubang anusku samakin lama semain cepat.
"Ohh.. yes.. ini enak.. sekali", jerit Mick.
Mick terus mendesah, sambil terus mengocok lubang pantatku, tangan Mick tidak tinggal diam, diraihnya batang kontolku dan dikocok dengan cepatnya. Lama kelamaan rasa sakit yang aku alami lenyap dan berganti dengan rasa nikmat.
"Oh Mick.. entoti aku Mick..entoti aku Mick".
Saat rasa nikmat sudah menjalari seluruh syaraf-syaraf tubuhku. Aku semakin melayang. kocokan kontol Mick yang begitu besar dan panjang semakin terasa nikmat kurasakan, apalagi disaat kontol Mick mententuh bagian sensitive didalam lubang anusku, rasanya perutku mulas tapi begitu nikmat.

Aku benar benar di buat kewalahan oleh permainan Mick, kontol Mick yang begitu besar dan panjang terus menerus menyentuh bagian sensitive didalam anusku.
"Ohh.. Mickk.. aku udah nggak tahan Mickk.. aku mau keluar".
Semakin lama kocokan keluar masuk kontolnya dilubang anusku dan kocokan tangan Mick di kontolku semakin cepat.
"Tahan.. Gama.. kita keluar bareng".
Aku benar benar sudah tidak sanggup lagi menahan gelombang ejakulasiku, tubuhku menegang, kontolkupun semakin keras. saat itu tubuhku diselimuti rasa nikmat yang belum pernah aku rasakan selama aku berhubungan seks dengan Andre.

Mick semakin cepat mengoyang keluar masuk kontolnya dilubang anusku, ketika Mick dengan kerasnya menghentak memasukan kontolnya di lubangku, bagian sensitive didalam pantatku kembali tersentuh. Tubuhku menegang.
Aku menjerit, "Mick.. aku udah nggak tahan.. lagi.. Mick.., arrgg"
Tubuhku melenting seperti cacing kepanasan.
"Cret.. cret.. crett", muncrat sudah spermaku.
Aku seperti terheampas kehilangan pegangan, sungguh rasa itu begitu nikmat.
"Ohh.. Gama.. aku keluar.. dipeluknya tubuhku dengan erat, arrggh".
Semprotan seperma Mick begitu kerasnya, aku merasakannya sampai kebagian dalam perutku, hangat rasanya.
Aku rebah, dan Mickpun rebah menindih tubuhku. Mick terus memeluk tubuhku dari belakang.
"Gama..Pantat kamu enak sekali, Andre sungguh beruntung memiliki kamu".
Karena letih akhirnya aku dan Mick tertidur. Mick masih pada posisinya memelukku dari belakang dan kontolnya masih tertanam di lubang pantatku.

Aku terbangun. Saat kulihat jam sudah menunjukan pukul 3:30 pagi. Rasanya haus sekali. Kulihat disampingku Mick masih tidur dengan lelapnya. Aku berjalan ke arah bar untuk mengambil segelas air. Aku melihat sekelilingku, para tamu ada yang sudah tertidur dan ada beberapa pasangan yang masih bersetubuh. Saat aku berjalan menuju bar kulihat tiga orang tidur berpelukan, kuperhatikan ternyata Andre, rupanya Andre juga habis ngeseks dengan orang lain, kulihat dari posisi tidur mereka, seorang wanita dipeluk Andre dan Andre di peluk dari belakang oleh seorang laki-laki muda yang tampan, dan dari sela sela belahan pantat Andre, aku melihat ada bekas sperma. Mungkin mereka habis melakukan 2 lawan 1.

Aku tak peduli, setelah menenggak segelas air putih aku kembali keruangan, dimana Mick sedang tertidur. Jam sepuluh pagi aku dan Mick tebangun. Dengan masih tanpa mengenakan pakaian aku dan dan Mick bejalan keluar. Kulihat ada beberapa tamu yang sudah rapi dan bersiap siap untuk pulang, dan beberapa tamu lagi yang masih asyik ngeseks, saat mataku melihat kearah sofa, kulihat Andre sedang disetubuhi oleh lelaki tampan yang semalam tidur bersamanya, sambil melirik kearahku Andre tersenyum, akupun ikut tersenyum.

Mick aku mandi dulu pamitku. Aku pun berjalan kekamar mandi untuk membasuh tubuhku agar segar kembali. saat aku sedang berendam kulihat pintu kamar mandi terbuka, ternyata Mick.
"Aku ikut mandi bareng kamu ya".
Tanpa menunggu persetujuan dariku, Mick langsung ikut masuk dan berendam.
"Gama".
"Iya Mick", sahutku.
"Aku ingin ngentotin kamu di kamar tidur".
Tanpa menunggu persetujuan dariku Mick langsung mengangkat tubuhku, di bopongnya tubuhku, sampai dikamar direbahkanya tubuh telanjangku di kasur yang begitu empuk.
Didalam kamar Mick kembali menggauliku, tapi kali ini sungguh berbeda sekali, Mick melakukannya dengan penuh perasaan, penuh kelembutan. Berkali kali aku dibuatnya orgasme, ternyata laki lakipun, bisa juga mengalami multi orgasme.

Jam 4 sore, aku dan andre pamit, walaupun Mick sudah memohon kepada aku dan Andre agar jangan pulang dulu namun dengan alasan yang masuk diakal dengan berat hati Mick mempersilakan kami pulang. Aku sudah tidak kuat lagi berjalan, pantat dan anus ku perih sekali, sepertinya kontol Mick masih tertinggal didalam anusku, lemas sekali dengkulku dan rasa perih di pantatku membuat aku berjalan seperti seekor Bebek.

Didalam mobil Andre mengecup keningku.
"Jangan marah ya Rus. Semalam aku nggak bisa nolak permintaan Mick, apalagi dia kan tuan rumah, gimana Rus? Mick hebat kan?".
Ada nada cemburu dari pertanyaan Andre kepadaku.
"Nggak apa apa Ndre, aku nggak marah kok. Dia hebat Ndre, berkali kali aku muncrat di buatnya Ndre, rasanya habis pejuhku", jawabku.
"Kamu.., nggak jatuh cinta sama dia kan Rus?", tanya Andre.
Aku tidak menjawabnya.
"kita pulang yuk, Ndre", ajakku.
Sambil memejamkan mata aku terus membayangkan wajah dan kontol Mick yang begitu fantastis. Akhirnya akupun tertidur.